BAB I
PENDAHULUAN
Islam tidak melarang para pemeluknya mencapai kemajuan dan mengambil beberapa segi terbaik dari peradaban modern. Prinsip-prinsip (rukun) Islam adalah lima, yaitu syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah. Syahadat untuk mengangkat kemuliaan martabat manusia. Menegakkan shalat, jelas membersihkan diri dan mensucikan hati. Menunaikan zakat, mendekatkan hubungan antara si kaya dan si miskin. Puasa dibulan Ramadhan, menanamkan pengertian bahwa betapa pedeihnya orang yang hidup sengsara. Menunaikan ibadah haji, merupakan mu’tamar tahunan bagi kaum muslimin dan memberi kesempatan kepada para pemimpinnya untuk bertukar-fikir mengenai kesukaran-kesukaran yang dihadapi dan bagaimana jalan pemecahannya.
Sejak seratus sampai dua ratus tahun terakhir ini, dunia dikuasai oleh “Barat”. Dalam peristilahan “Timur dan Barat”, istilah Barat adalah yang lebih problematik. Tetapi problematik itu secara pasiv juga terfleksikan pada istilah Timur. Sebab jika ada kerancuan pengertian tentang Barat, maka dengan sendirinya, secara reflektif juga terdapat kerancuan tentang pengertian Timur.
Ada kalanya Barat diartikan dengan “Putih”, meskipun mereka tidak hanya berada di Barat tapi juga berada di Australia, Selandia Baru, dan lain-lain. Selain itu banyak juga orang putih yang tidak diakui sebagai Barat, yaitu orang-orang Iran, Afrika Utara, dan lain-lain. Barat sudah sekian lama masuk ke retorika politik umat Islam dalam semangat pengecaman dan perlawanan. Kaum Muslim, sampai saat permulaan dan kejayaan komunisme, yang paling “Anti Barat”.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISLAM DI TIMUR
Masuknya Islam di Timur :
Negara-negara Asia telah mengenal Islam sejak masa awal munculnya melalui penaklukan-penaklukan besar yang telah dimulai pada masa Khulafaurrasyidin. Kemudian berlanjut dimasa Umayyah, hingga sampai ke negeri yang berada di belakang dua sungai dan Negeri Sind.
Penaklukan-penaklukan besar ini terjadi pada masa al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M). Dia telah menaklukan negeri yang berada di belakang dua sungai pimpinan Qutaibah bin Muslim di tengah penaklukan Negeri Sind di bawah pimpinan Qutaibah bin Muslim di tengah penaklukan Negeri Sind di bawah pimpinan Muhammad Ibnul Qasim.[2]
Negara-negara yang termasuk Timur Tengah menurut Peretz meliputi Mesir, Saudi Arabia, Jordania, Palestina, Libanon, Syiria, Turki, Irak, Iran, Emirat, dan kesultanan-kesultanan yang ada di kawasan Teluk Persia.
Setelah kemajuan kesultanan Utsmaniyah, “mengislamisasi” menjadi target utama bagi mereka. Dengan tujuan ini, mereka bermaksud menyebar-luaskan agama islam dan undang-undangnya agar orang non-muslim melihat kedamaian dan kesejahteraan di dalamnya.
Pada masa awalnya, tugas ini dilaksanakan secara bagus dan cukup efektif. Akan tetapi setelah mereka mulai mundur, Islam pun mulai dianggap sebagai agama yang memerintahkan pengikutnya menjadi orang yang “barbar” dan hal ini masih berlangsung di sebagian orang fanatis di barat.
Islam di Mata Orang Muslim di Timur :
Pemahaman agama antara dunia barat dan dunia Islam cukup berbeda. Dunia barat membangun kehidupannya berdasarkan Ilmu pengetahuan, kesimpulan-kesimpulan Ilmiah, kemerdekaan, kebebasan, penemuan-penemuan baru yang tidak dipengaruhi agama mereka sendiri. Sedangkan dunia Islam mengatur kehidupannya sesuai dengan undang-undang agama yang terkadang tidak memungkinkan kebebasan seperti berada di dunia barat. Bahkan antara dunia islam, ada cukup banyak orang yang mengatur kehiduapannya atas dasar tawakal, lemah tekad, percaya bahwa segala hal yang buruk adalah takdir.
Dalam pandangan orang Timur, kehidupan dunia tidak terlepas sama sekali dari kehidupan akhirat. Dalam hatinya selalu bertanya: Apakah perbuatan ini atau itu diakhirat kelak akan dibalas Allah dengan ganjaran baik atau ganjaran buruk? Moral dan akhlak yang dihayati orang Timur pun didasarkan pada perhitungan di akhirat kelak. Orang Timur banyak bertanya-tanya tentang tujuan alam wujud ini, tentang masa depannya dan tentang dirinya yang ditentukan oleh kekuatan luar biasa besarnya, yaitu kekuatan yang menciptakannya, dan ia pun yakin buatan yang telah dilakukannya di dunia. Bayangan-bayangan seperti itu melekat kuat dalam pikiran orang Timur sebagai warisan turun-temurun.[3]
Sejak mulai penjajahan terhadap Negara-negara yang belum berkembang, Orang Muslim yang menempati Negara-negara tersebut, biasanya melihat orang barat sebagai orang penjajah yang berada di sana hanya untuk mencari untung. Akan tetapi belum pernah dipikirkan bahwa bagaimana orang barat bisa sampai di daerah sana dan tehnologi apa saja yang mereka pakai untuk “mengeksplore” sumber daya. Sehingga orang muslim menjadi lebih miskin dan lebih sensitif sedangkan orang barat menjadi lebih kaya dan lebih khawatir terhadap orang-orang di sana dan agama mereka.
Setelah munculnya orang-orang yang berpendidikan di antara orang-orang di Negara-negara timur, mereka baru memulai memikirkan tentang kemerdakaan, hak-hak asasi manusia dll. Akhirnya dunia barat dipaksa mundur dan mengakui kemerdekaan Negara-negara tersebut walaupun masih ada keinginan terhadap sumber daya yang cukup banyak.Dulu, Islam dijadikan tujuan utama oleh masyarakat timur seumur hidup mereka meskipun belum ada orang yang bisa mencapai target tersebut. Setelah kemerdekaan Negara-negara timur dan dengan kemajuan yang cukup pesat, orang-orang yang berpendidikan mulai membuka kasus-kasus agama yang terkadang bisa sampai pemberontakan antara umat islam. Islam mulai diartikan sesuka orang yang bisa menjadi sangat berbahaya nantinya. Apalagi dengan masukan-masukan dari pemahaman barat, para cendekiawan mempertanyakan agama Islam sendiri.
Kita bisa melihat bahwa kemiskinan di timur sangat mempengaruhi pikiran orang timur mengenai orang barat. Kebanyakan orang miskin di timur memikir bahwa kemiskinan yang mereka alami adalah hasil dari penjajahan. Padahal masa penjajahan sudah lewat puluhan tahun lalu. Mereka tidak pernah mengemukakan kemalasan atau kelelahan mereka sendiri. Menurut mereka; orang barat sudah menjadi kaya dengan pemakaian sumber daya di timur. Akan tetapi sebuah fakta bahwa sumber daya yang sudah dipakai oleh warga barat itu masih berada di timur.
Setiap orang barat yang datang ke timur untuk investasi dianggap sebagai orang pencuri oleh para masyarakat di timur yang kurang berpendidikan. Padahal investasi bisa membuat Negara maju. Sebagai contoh, perkembangan di aceh sudah jelas-jelas membuktikan bahwa pengaruh investasi cukup banyak dan efektif.
Salah satu kontradiksi yang sering dialami adalah meskipun orang timur begitu membenci terhadap orang barat, mereka berlomba mengirimkan anak-anaknya ke barat untuk belajar dan menjadi orang yang berpendidikan. Padahal tidak ada jaminan bahwa anak itu akan kembali ke Negara aslinya dan bekerja di sana.
Islam di Mata Orang Non Muslim di Timur :
Pada zaman Negara-negara Timur masih kuat, pemerintah sudah membuat undang-undang terhadap orang non-muslim yang tinggal di sana. Umat beragama bebas menjalankan agama mereka dan urusan-urusan Intern mereka diatur oleh hukum dan pemimpin agama mereka. Umat beragama harus membayar pajak kepala (head / poll tax), dan sebagai imbalannya perlindungan dan kedamaian menjadi hak mereka. Dengan demikian mereka dikenal sebagai orang yang dilindungi. Jika Islam dianggap sebagai agama Tuhan yang terakhir dan sempurna, maka umat lain harus diajak, mula-mula melalui pembujukan tanpa penggunaan pedang, untuk masuk ke dalam agama Islam.
Dengan demikian kaum non muslim diberi tiga pilihan:
- Masuk Islam dan menjadi anggota umat sepenuhnya.
- Tetap dalam agama masing-masing dan membayar pajak kepala.
- Jika mereka menolak Islam atau status dilindungi, maka berperang diperbolehkan, sampai peraturan Islam diterima.[4]
Setelah masyarakat barat sudah lewat dunia islam dalam semua segi, masyarakat islam lebih banyak memikirkan bahwa, orang barat yang berada di Negara islam pasti ada sesuatu yang mereka ingin dapat. Hal ini bisa dilihat di mana-mana dalam Negara-negara islam meskipun sudah berkembang. Menurut para cendekiawan islam; orang islam yang tidak apa apanya, bisa menjadi orang yang cemburu kepada orang-orang yand mempunyai duit. Apalagi kalau orang ini non-muslim yang tinggal di kawasan orang muslim. Sehingga orang cina yang berada di Asia tenggara, dan orang barat yang berada di timur tengah sering dihadapi berbagai kesulitan. Menurut mereka; tinggal di Negara Islam kadang-kadang bisa memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak bisa didapat di barat sedangkan ketika dalam keadaan sensitif, tidak ada jaminan keamanan bagi mereka.[5]
- ISLAM DI BARAT
Masuknya Islam di Barat :
Islam masuk ke Eropa melalui berbagai jalan. Pertama-tama Islam masuk dari arah selatan lewat Andalusia, ketika kaum muslimin menyeberangi selat Jabal Thariq menuju ke arah barat daya Eropa. Islam juga masuk ke arah timur laut Eropa lewat bangsa tatar setelah Islamnya Kabilah Adz-Dzahabiyah dibawah pimpinan Uzbek Khan. Juga masuk dari arah timur Eropa melalui perantaraan orang-orang Turki Utsmani yang menaklukan sebagian besar wilayah Balkan. Kemudian mereka beranjak ke arah Eropa Tengah menaklukan Hungaria dan sampai ke timur Austria.[6]
Disamping itu melalui perang salib, pengenalan Islam melalui kontak langsung, yaitu kunjungan beberapa pastur Kristen Barat, datang ke Andalusia (spanyol) untuk belajar di sekolah-sekolah Islam yang ada di sana dalam berbagai ilmu pengetahuan seperti bahasa Arab, Ilmu logika, Ilmu falaq, Filsafat dan sebagainya.[7]
Negara Barat lain seperti Amerika kajian-kajian sejarah menyebutkan kaum muslimin telah sampai ke Amerika sebelum datangnya orang-orang Eropa. Menurut satu catatan yang sifatnya tidak detail menyebutkan bahwa Islam telah datang dan berkembang di sana sekitar abad ke XVII. Berbeda dengan itu, Mukti Ali memperkirakan jauh sebelumnya, telah ada orang Islam di dunia baru ini sejak awal abad ke XVI. Nasereddine, seorang Mesir telah menetap di “Catsskills”, New york pada tahun 1500-an. Begitu juga dengan Estevanico adalah seorang muslim yang telah berperan menjadi penunjuk jalan bagi penjelajah Fransiskan, Marcos de Niza di Arizona pada tahun 1539. Cristoper Columbus dalam pendaratannya ke pantai benua Amerika atas panduan navigator-navigator dan pembantu-pembantunya yang terdiri dari orang Islam yang berasal dari Andalusia dan Maroko dengan cara disewa tenaganya.[8]
Menurut Ahmad Al-Usairy Islam telah muncul di Amerika Utara pada fase-fase sebagai berikut:
Fase pertama, dimulai pada permulaan ditemukannya benua Amerika oleh Spanyol (perjalanan Cristopher Columbus) yang diantara orang-orang spanyol yang pertama terdapat sebagai kaum muslimin.
Fase kedua, tercermin pada saat sampainya kaum muslimin di Afrika. Orang-orang yang mendatangkan mereka adalah para pedagang budak dan Afrika Barat.
Fase ketiga, tercermin pada saat hijrah islam pada abad ke 19 Masehi dari Turki, Lebanon, Palestina, Suriah, dan sebagainya.[9]
Negara Eropa yang lain seperti Australia, Islam masuk ke Austarlia melalui para imigran pada tahun 1227 H / 1850 M. Penguasa mendatangkan sejumlah imigran untuk membuka daerah-daerah sahara di Austarlia, maka berdatanglah mereka dari Afganistan, Iran, dan Pakistan. Mereka membangun mesjid-mesjid, dan melakukan perdagangan dengan amanah serta menyebarkan ajaran Islam. Kedatangan mereka merupakan rombongan gelombang pertama. Gelombang kedua adalah hijrahnya kaum muslimin dari sejumlah Negara dalam fase yang berbeda-beda (dimulai dari tahun 1324 H / 1915 M).[10]
Aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh masyarakat Islam yang berada di barat mendorong banyak orang barat meneliti agama Islam dan masuk islam dengan keinginan mereka sendiri. Setiap tuduhan terhadap agama islam dan orang islam yang tinggal di Negara-negara barat, sebentar kemudian dibantah oleh penuduh-penuduh masing-masing. Karena ada sebuah fakta bahwa orang Muslim yang tinggal di barat, betul-betul rajin bekerja dan mempunyai visi yang cukup terbuka. Perkembangan Islam di barat adalah hasil dari orang-orang beragama islam di barat yang bekerja dengan keras dan jujur.
Islam Dimata Orang Non Muslim Di barat :
Pandangan orang barat terhadap agama islam biasanya dibentuk atas pikiran-pikiran para orientalis yang terkadang bisa sampai memusuhi agama islam. sebab mereka menulis buku-bukunya dengan perintahan raja-raja yang menjajah timur kurang lebih duaratus tahun lalu. Oleh karena itu setiap orang barat yang membaca buku-buku tersebut tanpa ada penelitian lain biasanya memandang islam dengan mata lain. Hal ini menyebabkan kemunculan kebencian terhadap islam dan masyarakat timur.
Negara Eropa khususnya Amerika, Islam dianggap sebagai agama “primitive” yang membenarkan perbudakan, poligami, harem, penindasan terhadap wanita, dan sebagainya.[11] Bagi mereka poligami merupakan polemik sampai saat ini, karena mereka memandang persoalan itu dengan kaca mata masa kini. Mereka berargumen bahwa poligami adalah cara “alternative” untuk melakukan perzinaan.
Pandangan masyarakat pun pada umumnya keliru tentang Nabi Muhammad sering di tuduh sebagai orang yang kemasukan setan, kena halusinasi atau kena penyakit ayan yang telah berhasil mempersatukan dan membangun bangsa Arab dan fatwa-fatwanya dijadikan pedoman bangsa tersebut.[12]
Keberadaan Islam di mata dunia khususnya di mata barat seringkali dipandang dalam berbagai macam pendapat baik itu yang bernada positif maupun negatif. Ada yang mengaggap Islam identik dengan kekerasan ataupun aksi teror terhadap agama lain dengan wadah Jihad. Apabila kita mau melihat bahwa Allah Swt justru menurunkan Islam melalui Nabi Muhammad SAW adalah sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, memberikan keteduhan bagi umat lain bahwa islam dapat berbaur dengan yang lain dan memberikan contoh yang baik sehingga umat lain tidak merasa terganggu apalagi termusuhi oleh kita sebagai umat Islam.
Dalam Kitab suci Al-Quran, ada ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Islam tidak melarang umatnya untuk menolong umat selain Islam, memberikan hikmah dan tauladan dan tidak melakukan penyebaran melalui pedang seperti yang dituduhkan oleh para orientalis. Islam akan selalu menepati janji kecuali umat lain mengingkarinya terlebih dahulu. Dari uraian diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam tidak pernah melakukan permusuhan dengan siapapun dan dengan dalil apapun terkecuali merasa didesak secara berlebihan oleh pihak lain.
Fundamentalisme Islam menjadi momok yang menghantui masyarakat barat, yang dianggap lebih menakutkan dari pada fundamentalisme dari agama lain yang sebenarnya sama-sama mengancam dan dipenuhi kekerasan. Ini mempengaruhi sikap bangsa barat terhadap orang muslim yang hidup di negara mereka. Sepuluh juta muslim bertempat tinggal di Eropa, dan lima juta di Amerika Serikat. Kini terdapat kira-kira seribu Mesjid di Jerman, seribu lagi di Perancis, dan lima ratus lagi di Britania raya. Setengah warga muslim di barat yang sekarang lahir di sana berasal dari orang tua yang berimigrasi pada tahun 1950-an dan 1960-an. Mereka tidak mau seperti orang tua mereka, mereka mencari pendidikan lebih tinggi dan mereka berusaha diterima di Negara barat.[13]
Di antara orientalis ada mengatakan bahwa Qur’an hanyalah suatu pedoman bagi orang-orang Arab yang merindukan suatu agama mereka sendiri yang dapat mengatur kehidupan mereka yang memang pada saat itu tengah dilanda kekacauan dan ketidakpuasan. Bahkan mereka menyebutkan bahwa Qur’an adalah ciptaan Nabi Muhammad diilhami iblis dalam mengemukakan ayat-ayat Qur’an. Oleh karena itu memang tidak ada manusia yang dapat menghasilkan Qur’an, maka pastilah Qur’an berasal dari iblis.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, membuat orang barat lebih takut terhadap orang islam baik di timur maupun yang tinggal di barat. Demikian juga orang muslim yang tinggal di barat pun merasakan perbedaan dalam kehidupan sehari-harinya. Setiap orang muslim yang membawa tas, dicurigai oleh masyarakat barat sebagai seorang teroris yang membawa bomb untuk memakai di tempat-tempat ramai.
Sayangnya hal ini sudah menghancurkan kepercayaan yang dibangun pulunhan tahun lalu oleh masyarakat islam dan masyarakat barat di barat. Dengan kata lain, kita bisa katakan bahwa kesan-kesan orang non-muslim di timur dalam sehari-hari tentang orang muslim di timur hampir sama dengan kesan-kesan orang muslim di barat tentang orang non-muslim di barat. Sebagai contoh; setiap kali ada pengeboman di barat, orang muslim yang tinggal di sana merasa takut dan biasanya tidak keluar dari rumah agar bisa menghindari dari berbagai ancaman dan tuduhan sedangkan setiap kali ada perang antara barat dan timur seperti ada di Afghanistan atau Irak, orang barat yang bertempat tinggal di Negara-negara timur lebih memilih pergi ke tempat tempat yang aman bagi mereka untuk menghindari penculikan dan pembunuhan.
Contoh ini sudah membuktikan bahwa kedua-duanya mau menyelamatkan diri karena mereka sudah mengetahui bahwa peristiwa-peristiwa ini jelas-jelas salah dan tidak ada manfaat bagi dua kaum. Setiap pengeboman di barat hanya saja mencemar nama islam dan orang islam sedangkan setiap perang dari barat ke timur tentu saja membuat orang islam lebih membenci terhadap masyarakat barat. Sehingga orang barat melupakan kebaikan-kebaikan dari tetangganya sendiri yang beragama islam sesudah mengalami pengeboman dan orang muslim di timur pun melihat setiap warga barat yang berada di timur sebagai musuh meskipun mereka datang ke sana hanya untuk pariwisata atau business. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi di timur dan tolerans di barat.
Islam di mata Orang Muslim Di Barat :
Situasi kaum muslim di Barat pada mulanya tampak sangat berbeda dengan kaum lainnya yang meskipun etnisnya beragam, namun memiliki juga kultur yahudi Kristen. Kaum muslim, seperti kaum yahudi di masa lalu, menyadari bahwa diri mereka adalah dalam konteks cultural Barat, dimana mereka sering dianggap “Orang lain”.
Ini disebabkan bukan saja karena tidak tahu Islam, atau karena Islam disamakan dengan “ekstremisme” dan “terorisme”, namun juga karena tidak dapat mengapresiasi. Betapa Islam merupakan bagian dari tradisi yahudi Kristen.[14]
Berbeda dengan kalangan Non Muslim, kaum Muslimin di Eropa sangat mendambakan kesatuan umat Islam Eropa, tersebarnya Islam, lalu tegaknya masyarakat yang bersyariat Islam. Sehingga orang-orang Eropa dan sekitarnya yang belum tahu tentang Islam, dapat melihat Islam dengan benar tanpa Opini dari yang lainnya. Dengan demikian, dimungkinkan mereka akan menangkap kesan Islam dengan baik, menerima Islam dengan lapang dan bahkan pada akhirnya bisa diharapkan memeluk Islam.[15]
Besarnya pengetahuan umat Islam dalam pengetahuan mereka terhadap teks-teks keagamaaannya khususnya Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Umat Islam sering menggunakan dalil dari sumber-sumber ini ketika sedang menjelaskan akidah dan ritual-ritual mereka. Bahkan, dalam pembicaraan-pembicaraan mereka umat Islam menggunakan dalil-dalil dari teks-teks suci, jauh lebih banyak dari para pemeluk agama lain.[16]
Masyarakat barat cukup puas dengan materialisme dan meras kekurangan terhadap spiritualisme. Sedangkan Negara-negar di timur membutuhkan materialisme dan sangat puas dengan spiritualisme. Mengenai materialism yang ada di barat, tidak diperlukan dalil pembuktiannya. Tekhnologi, penemuan-penemuan baru, mesin-mesin dan lain sebagainya. Orang barat yang datang ke Negara-negara timur bukan untuk mencari duit tapi mencari spiritualisme yang terkadang sampai mereka terkejut. Setelah ada kemajuan dalam tehnologi dan positivism, orang barat ingin mencari hal-hal yang sangat menarik bagi mereka. sebagai contoh, ada banyak orang barat yang belum bisa memahami bahwa bagaimana orang muslim bisa melaksanakan sholat lima kali dalam sehari tanpa keluhan. Atau bagaimana seorang wanita begitu memperhatikan pakaiannya sampai tidak ada bagian dari tubuhnya yang ternampak.
Kita dapat melihat bahwa dana yang diberikan suka rela oleh kaum kaya Barat sangat lebih besar untuk membangun rumah sakit, yayasan-yayasan ilmu pengetahuan dan amal-amal kebajikan lainnya. Berbeda dengan kaum Timur, kaum hartawan Timur lebih banyak memikirkan kemewahan dan kesenangan hidup. Kalau ada yang lebih maju sedikit, mereka memberikan sumbangan hanya kepada anggota-anggota keluarga dan kaum kerabatnya sendiri. Karena itu kita tidak melihat dana sumbangan yang diberikan oleh kaum hartawan di Timur untuk membiayai proyek-proyek kebajikan, kecuali yang bertujuan untuk mencari muka kepada seorang menteri atau seorang direktur, atau yang bertujuan untuk meraih gelar dan pangkat.
Perbedaan terbesar antara orang muslim di barat dan orang muslim di timur adalah orang muslim di barat tidak melihat orang barat sebagai sumber duit dan tidak pernah meminta-minta untuk membangun sesuatu.[17] Orang muslim di barat biasanya melakukan tanpa bantuan dari masyarakat eropa sedangkan orang muslim di timur biasanya membutuhkan bantuan dari masyarakat barat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barat dan Timur disamping sama-sama mempunyai kekurangan, kedua-duanya juga mempunyai kelebihan yang patut dipuji. Misalnya, Barat lebih sehat cara berfikirnya, lebih banyak ilmu pengetahuannya, sabar menghadapi kesukaran, tekun melakukan penelitian Ilmiah, mempunyai kecerdasan tinggi dan mempunyai inisiatif. Sedangkan Timur memiliki toleransi dan mempunyai kerohanian tinggi yang diakui oleh orang lain sejak zaman dahulu.
Islam mengajak pengikut-pengikutnya untuk menuju ke arah yang baik dan damai. Orang muslim yang tinggal di barat tidak mungkin mengajak orang non-muslim ke agama islam selama ada pengeboman dan sikap keras terhadap masyarakat barat. Selama ada kesalahfahaman antara masyarakat barat dan masyarakat timur, perang ini tidak akan pernah selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, (Bandung: Rosda Karya, 1991).
Ahmad Al-Usyairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008).
Dedy Mulyana, Islam di Amerika Suka Duka menegakkan Agama, (Bandung: Pustaka, 1988).
Jefry Lang, Islam di Mata Profesor Matematika, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004).
John. L. Esposito, Ancaman Islam Mitos atau Realitas?, (Bandung: Mizan, 1996).
Keren Amstrong, Islam: A Short History (Sepintas Sejarah Islam), (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003).
Misri A. Muchsin, Studi Islam Kawasan, (Banda Aceh: Ar-Ranirry Press, 2004).
Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta Selatan: Paramadina, 1995).
Qadari Ahdal, Studi Wawancara dengan 10 Orang Tokoh Orientalis, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996).
Lewis, Bernard, Islam and the West, Oxford University Press, 1993, p.126
[1] Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta Selatan: Paramadina, 1995), hal. 190.
[2] Ahmad Al-Usairi, Sejarah Islam …, hal. 550.
[3] Ibid, hal. 230.
[4] John. L. Esposito, Ancaman Islam …, hal. 50.
[6]Ahmad Al-Usyairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008), hal. 553.
[7] Misri A. Muchsin, Studi Islam Kawasan, (Banda Aceh: Ar-Ranirry Press, 2004), hal. 145.
[8] Ibid, hal. 149-150.
[9] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam …, hal. 555-556.
[10] Ibid, hal. 556.
[11] Dedy Mulyana, Islam di Amerika Suka Duka menegakkan Agama, (Bandung: Pustaka, 1988), hal. 66.
[12] Ibid, hal. 66.
[13] Keren Amstrong, Islam: A Short History (Sepintas Sejarah Islam), (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003), hal. 207.
[14] John. L. Esposito, Ancaman Islam Mitos atau Realitas?, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 212.
[15] Qadari Ahdal, Studi Wawancara dengan 10 Orang Tokoh Orientalis, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), hal. xvii.
[16] Jefry Lang, Islam di Mata Profesor Matematika, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 395.
[17] Lewis, Bernard, “Islam and the West”, Oxford University Press, 1993, p.116, terjemahan pemakalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar