Sabtu, 05 Februari 2011

EVALUASI

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai dan measurement berasal dari kata to measure yang berarti mengukur. Kedua pengertian, evaluasi (evaluasi) dan pengukuran, sangat erat hubungannya. Tanpa pengukuran evaluasi tidak mungkin. Sebaliknya evaluasi memberi petunjuk di bidang mana perlu diadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadapa suatu skill, kesanggupan atau hasil belajar baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Hasilnya memberi gambaran tentang situasi aspek yang diukur pada waktu itu.
Pada evaluasi, situasi sesuatu aspek di hubungkan dengan situasi aspek-aspek lain, sehingga di dapatkan gambaran yang menyeluruh yang di sertai dari berbagai segi. Juga diadakan perbandingan dengan situasi pada beberapa waktu yang lalu dan pada orang / kelompok lain. Jadi evaluasi yang dipentingkan adalah evaluasi hasil proses belajar mengajar pada seseorang ataupun pada sesuatu kelompok yang dalam hal ini adalah siswa.[1]
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar mengajar peserta didik. Evaluasi yang dilaksanakan secara sistimatis dan berkesinambungan akan menjadi informasi bagi guru untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sirait yaitu: Dari sudut pengajaran, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematis dalam menentukan sejauhmanaa tujuan instruksional dapat dicapai oleh siswa. [2]
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evalution, yang berarti evaluasi atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.[3]
Menurut Slameto: Evaluasi merupakan suatu tes, maka evaluasi usaha untuk mengetahui sejauhmana kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajar.[4] Sedangkan pengertian evaluasi lebih ditekankan pada penggunaan alat ukur. Mengenai hal ini Suryabrata memberikan pengertian sebagai berikut: Evaluasi adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasar harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee yang lain.[5]
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam lapangan pendidikan. Karena itu evaluasi merupakan suatu tindakan yang sangat berperan dalam memberikan penilaian terhadap suatu program, proses dan keberhasilan siswa dalam proses belajar serta menjadi ukuran perbandingan dan keberhasilan antara satu siswa dengan siswa yang lain. Evaluasi atau penialaian merupakan suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti dari suatu pengalaman yang diperoleh melalui proses pendidikan. Pengalaman tersebut nampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman sebagai hasil belajar siswa di sekolah.
Hal ini adalah sesuai dengan pendapat Hamalik yang mengatakan : Penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pengalaman.[6]
Ada beberapa pendapat lain, definisi mengenai evaluasi adalah:
1.   Bloom
Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.
2.   Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
3.   Cronbach
Di dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain:
a.   Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
b.   Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan alternatif.
c.   Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga di dalam proses memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.[7]
Evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya, dan hasil pendidikan pada umumnya. Selain itu,evaluasi juga berguna bagi perbaikan lesson plan (evaluasi sebagai feed back), juga bagi pertimbangan utama dalam menentukan kenaikan kelas, bahkan bagi kebaikan program pendidikan secara umum. Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan di sekolah, sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti, testt, pengukuran, evaluasi, dan lain-lain. Secara etimologis evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti evaluasi terhadap sesuatu.[8]
Oleh karena itu, yang di maksud dengan evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan. Evaluasi juga dapat dikatakan sebagai alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan evaluasi pendidikan adalah mencakup evaluasi terhadap kemajuan belajar (hasil belajar) murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sudah mengikuti program pendidikan.[9]
Dengan demikian jelaslah bahwa, inti evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.  Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan jugmen. Interpretasi dan jugmen merupakan tema evaluasi yang pengimplementasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan evaluasi selalu ada objek/program, ada kriteria, dan ada interpretasi/jugment. Evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriterian tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa (prestasi belajar siswa).
Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauhmana guru selaku pendidik bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Muchtar Buchari dalam M. Chabib Thaha, mengemukakan bahwa ada dua tujuan evaluasi:
1.   Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2.   Untuk mengetahui tingkat efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.[10]
Adapun tujuan evaluasi yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut:
1.       Penilaian yang selektif bertujuan untuk:
a.    Melihat siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b.    Melihat siswa yang dapat naik kelas atau tingkat selanjutnya
c.    Melihat siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d.    Melihat siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah.
2.       Penilaian diagnosis bertujuan untuk melihat alat-alat yang digunakan dalam penilaian apakah cukup meliki persyaratan. Maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu guru dapat pula mengetahui sebab musabab kelemahan itu, dengan demikian guru akan lebih mudah mengatasinya.
3.       Penilaian sebagai penempatan, bertujuan untuk menentukan penempatan dengan pasti dikelompok yang mana seseorang yang seharusnya ditetapkan, digunakan juga untuk penilaian sekelompok murid yang mempunyai hasil penilaian sekelompok murid yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
4.       Penilaian sebagai pengukur keberhasilan, bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu program yang telah berhasil diterapkan.[11]
Dari penjelasan di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa setiap penilaian yang dilakukan guru mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada maksud dan tujuan guru yang melaksanakannya. Di samping itu dengan dilaksanakan evaluasi dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya Nurkancana juga mengemukakan mengenai tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah di capai siswa dalam suatu periode teertentu.  Kedua, untuk mengetahui tingkat posisi atau kedudukan siswa dalam kelompoknya. Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang telah di lakukan siswa dalam kegiatan belajar. Keempat, untuk mengetahui sejauhmana siswa dalam merealisasikan kepastian melalui kegiatan belajar. Kelima, untuk mengetahui efesiensi metode belajar yang di perlukan.[12]
Dalam pada itu, Sukardi menyatakan bahwa evaluasi memiliki 6 (enam) tujuan adalah sebagai berikut:
1.       Menilai ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara siswa belajar. Cara atau model evaluasi biasanya akan menentukan cara siswa belajar, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode atau model evaluasi yang digunakan oleh guru.
2.       Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Sebagaimana diketahui bahwa belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasikan dalam proporsi (bagian) yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi sama, maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3.       Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa juga memiliki karakteristik yang bervariasi, misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas, keluarga pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi akhirnya mengarah pada satu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proses belajar mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis. Berangkat dari perbedaan pengalaman yang objektif dan realistis dapat dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Di samping juga pengalaman siswa dalam belajar mempunyai keperluan belajar yang bervariasi.
4.       Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasikan belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit diantara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi akan menstimulasi (mempengaruhi) tindakan siswa. Rangking hasil evaluasi yang baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau meningkatkan yang akahirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu memotivasi belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu.
5.       Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Indentifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan. Oleh karena itu, guru perlu juga mengetahui tingkat keuangan keluarga, guna menyesuaikan dengan kesempatan kerja atau melengkapi kegiatan lain yang berkaitan dengan bimbingan pekerjaan. Sering kali terjadi bahwa siswa minta kepada gurunya untuk membantu memecahkan problem pribadinya. Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi pribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan terbaiknya. Proses yang berkaitan dengan informasi pribadi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan kuesioner.
6.       Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan intruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari intruksional. Di samping itu, antara intruksional dengan kurikulum juga saling berkait seperti intruksional dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting suatu kurikulum. Beberapa guru sering mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar dengan mudah menurut kepentingan mereka, sedangkan untuk mengubah kurikulum perlu pertimbangan yang lebih luas. Perubahan itu akan tepat, jika didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhan masyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.[13]
Secara garis besar hasil-hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah mengenai kemajuan belajar siswa akan bermanfaat bagi semua pihak antara lain :
1.       Untuk membantu guru mengetahuio sejauhmana siswa telah menguasi materi yang telah diajarkan.
2.       Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan siswa terutama terhadap minat, sikap dan kepribadiannya.
3.       Untuk keperluan administrasi sekolah.
4.       Untuk keperluan siswa sendiri terhadap kemajuan belajar yang dicapai.
5.       Untuk orang tua siswa sebagai informasi tentang hasil belajar anaknya di sekolah.
6.       Untuk keperluan masyarakat dan pemakai jasa pendidikan, yang berguna untuk mengetahui kemajuan sekolah.
7.       Untuk keperluan dalam melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Manfaat evaluasi tersebut memerlukan penilaian berkelanjutan, penilaian dilakukan secara teratur, dengan penilaian dapat diketahui pula siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar serta dengan mudah membantu memecahkannya. Dari tingkah laku siswa seorang guru dapat menilai proses belajar mengajarnya, apakah metode yang digunakan efektif atau tidak, bila diperlukan, guru dapat mengadakan perbaikan-perbaikan dalam proses belajar mengajar yang akan datang.
Sebagaimana diuraikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khususnya terkait dengan proses pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1.   Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2.   Mengetahui tingkat keberhasilan KBM
3.   Menentukan tindak lanjut hasil evaluasi
4.   Memberikan pertanggung jawaban (accountability).
Dahulu penilaian diberikan dan disusun setelah pelajaran selesai, bahkan sering diberikan pelajaran tanpa penilaian, sehingga tidak dapat diketahui hingga mana bahan pelajaran dapat diketahui oleh murid. Bahkan yang tidak dipahami akan bertumpuk-tumpuk dan merupakan hambatan bagi pelajaran selanjutnya. Guru makin sulit mengajar serta mengalami frustasi dan murid makin lama makin jauh ketinggalan, akhirnya merasa tidak mampu meneruskan pelajaran.[14]
Oleh karena itu, penilaian memerlukan data atau informasi. Data dan informasi dapat diperoleh dengan dua cara, yakni dengan test dan nontest. Test adalah seperangkat tugas yang diberikan untuk dikerjakan oleh para peserta, untuk mengukur tingkat kemampuan para peserta dalam menyelesaikan persoalan atau masalah yang disajikan dalam testnya. Dalam dunia pendidikan, bentuk-bentuk test terdiri dari: (1) test tulis (pilihan ganda, uraian, menjodohkan, jawaban singkat, mengisi, dan benar salah). (2) test lisan. (3) test praktek. Sementara itu, nontest adalah upaya untuk memperoleh data atau informasi bukan dengan test, melainkan dengan cara-cara sebagai berikut, yaitu observasi biasanya dengan menggunakan alat berupa daftar cek (chechlists) dan skala penilaian (ranting scales), angket / kuesioner (termasuk berbagai skala sikap), dan dokumentasi.[15]
Bentuk test uraian itu sendiri ada yan menuntut jawaban yang terstruktur, atau terpadu oleh suatu konsep ataupun batas tertentu, dan ada pula yang menuntut jawaban yang tak terstruktur atau jawaban bebas berdasarkan pendapat atau pikiran murid. adapun tes objektif, ada yang kemungkinan jawaban adalah pilihan benar salah-salah, ada yang kemungkinan jawaban adalah pilihan benar-salah, ada yang kemungkinan ganda (multiple choice), ada pilihan jawabannya perlu dijodohkan dengan butir soal (menjodohkan) serta ada kemungkinan jawabannya bersifat melengkapi.



[1] Ismed Syarif dan Ramdona, Komponen Evaluasi Dalam Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Roda Pengetahuan, 1983), hal. 13.

[2] Nasrun Sirait Harahap, Tehnik Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 14.

[3] M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:  Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 1.

[4] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), hal. 5.

[5] Suryabrata, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1984), hal. 22.

[6] Oemar Humalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), hal. 157.
[7] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 2.

[8] Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 39.

[9] Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Islamiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983), hal. 154.
[10] M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 6.
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Peningkatan Praktik, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hal. 8.

[12] Sunarto dan Nurkancana, Evaluasi Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 142.

[13] Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 9-10.

[14] Nasution , Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 57.

[15] Burhanuddin Tola dan Fahmi, Standar Penilaian di Kelas, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2003), hal. 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar