Beberapa pengertian belajar yang telah diberikan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:
1. M. Arifin, dalam pengertiannya:
“Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan respons yang terjadi dalam suatu rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniah maupun rohaniah akibat pengalaman / pengetahuan yang diperoleh”.[1]
2. Umar Hamalik: “Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan”.[2]
Meskipun dari beberapa pengertian diatas terlihat perumusan pentingnya belajar berbeda, tetapi pada prinsipnya terdapat pengertian yang sama. Maka oleh karena itu dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan usaha untuk mencarinya, menemukan persoalan-persoalan pokok dengan berbagai cara.
Hasbi Ash-Shiddiqy, dalam bukunya Al-Islam, mengatakan bahwa: “Mempelajari ilmu-ilmu adalah berusaha menghasilkan segala ilmu pengetahuan-pengetahuan, baik dengan jalan menanya, melihat ataupun mendengar”.[3]
Permasalahan itu sangat didukung oleh Allah yang pertama diturunkan berbunyi sebagai berikut:
&%# O$/ 7/ %!# ,={ (1) ,={ `»¡S}# `B ,=ã (2) &%# 7/r P.{# %!# O=æ O=)9$/ (3) O=æ `»¡S}# $B L>èO9 (4) ( العلق : ۱ - ۵)
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qs. Al-`Alaq: 1-5).
Dalam surat lain yang diturunkan di Mekkah Allah :
c 4 O=)9#r $Br brÜ¡ ( القلم :۱- ٢(
Artinya : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tuliskan. (QS. Al-Qalam:1-2)
Selanjutnya Allah juga berfirman yang berbunyi :
qÜ9#r =»F.r qÜ¡B û - q±YB ( اطور : ۱- ۳ )
Artinya: Demi bukit thur. Dan Kitab yang ditulis. Pada lembaran yang terbuka. (QS. At-Thur: 1-3).
Dalam ungkapan teks ayat pada dua surat diatas العلق) dan (ن terdapat kata Qalam sebagai alat tulis menulis, untuk menggali ilmu pengetahuan dan mempelajarinya.
Dalam hal ini, ada orang yang berpendapat sebagai berikut :
Pena yang menuliskan, tinta yang menjelaskan isi tulisan itu diatasnya. Ketiga macam alat ini, Allah telah menjadikan sebagai bahan sumpah, seperti yang telah dapat kita saksikan dalam ayat-ayat diatas. Allah bersumpah dengan kata Nun, yang maksudnya, sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh para jumhur ulama juga terhampar. Barang siapa yang suka menyelidiki kitab Allah yang mulia, pasti ia dapat mengetahui bahwa Allah bersumpah dengan suatu makhluk-Nya itu, ialah untuk menyatakan betapa sangat pentingnya apa-apa yang disumpahkan itu, juga untuk menarik perhatian seluruh manusia kepadanya.[4]
Belajar merupakan usaha yang mulia, karena tujuannya untuk menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan, ilmu yang tak kunjung habis sekalipun semakin bertambah dengan dilakukan penelitian yang terus-menerus. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 109 yang berbunyi:
@% q9 b%. s79# ##B M»J=39 n1 ÿZ9 s69# @7% b& ÿZ? M»J=. n1 q9r $Z¥_ ¾&#WJ/ #B ( الكهفى : ۱۰۹ )
Artinya: “Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(QS. Al-Kahfi: 109).
Menuntut ilmu pengetahuan dan mengembangkannya merupakan kewajiban dan tujuan hidup seorang muslim, dalam mencari serta menyampaikannya kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
$Br c%. bqZBsJ9# #rÿY9 pù!$2 4 wq=ù ÿR `B @. p%ù Nk]B pÿ¬$Û #qg)ÿG9 û `$!# #rY9r OgBq% #) (#qè_ Nk9) Og=è9 crt (التوبة:۱٢٢ )
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122).
Dari ayat diatas, Allah menganjurkan kepada hamba-Nya agar menuntut ilmu pengetahuan dan mau mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai amal bakti atau pengabdian kepada Nusa dan bangsa.
[1] H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hal. 163.
[2] Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Alumni, 1977), hal. 40.
[3] Hasbi Ash-Shiddiqy, Al-Islam, Jilid I (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 556.
[4] Mustafa Hasni Assiba’i, Kehidupan Sosial Menurut Islam Terjemahan M. Abdai Atomi Cet. III, (Bandung: Diponegoro, 1988), hal. 112.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar