Senin, 31 Januari 2011

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Berdasarkan kurikulum pendidikan agama Islam tahun 1994 disebutkan ada lima macam pendekatan pembelajaran untuk pendidikan agama Islam. Adapun pendekatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : (1) pendekatan pengalaman, (2) pendekatan emosional, (3) pendekatan rasional, (4) pendekatan pembiasaan dan (5) pendekatan fungsional.[1]
1.      Pendekatan Pengalaman
Pengalaman merupakan guru bisu yang tidak pernah marah, tanpa jiwa yang selalu dicari oleh setiap manusia. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari pada sekedar bicara, apalagi tidak pernah berbuat sama sekali. Hal ini sering diungkapkan oleh banyak orang  yaitu pengalaman adalah guru yang baik (experience is the best teacher). Dalam hal ini bukan berarti semua pengalaman dapat bersifat mendidik, karena pengalaman itu tidak semua bersifat mendidik, ada juga pengalaman yang bersifat tidak mendidik.
Dalam hal ini, Al-Ghazali menyatakan bahwa, pendekatan mendidik anak atau murid pada masa kini, harus dengan cara mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu, sehingga dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda pengalaman yang diperoleh dengan tanpa melalui praktik, maka kesan-kesan yang ditinggalkannya adalah jelek.[2]
Setelah itu, dalam rangka menghayati moralitas, diperlukan pengalaman-pengalaman melalui penerapan dalam berbagai keadaan dan kesempatan. Pengalaman itu akan membawa kepuasan dan kegembiraan yang akan berhasil dicapai dalam pergaulan dari reaksi orang yang berhubungan dengannya. Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan tersebut dan semakin diterimanya unsur baru (moralitas) tersebut, maka semakin banyak pula dorongan untuk meningkatkan yang telah berhasil itu. Disamping itu juga akan muncul dorongan untuk mengamalkan dan menerapkan berbagai macam moralitas lainnya.[3]
Selanjutnya, pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang memberikan pengalaman pada anak didik dalam rangka penanaman nilai-nilai agama yang diajarkan. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baik secara individu maupun kelompok. Guru menggunakan pendekatan ini dengan cara memberi tugas kepada siswa-siswi yang kemudian mereka harus melaporkannya kepada guru dalam bentuk laporan tertulis yang sudah memiliki bukti resmi (bukan rekayasa). Seperti menyuruh siswa-siswi mengisi angket tertentu pada bulan ramadhan yang harus ditanda tanngani oleh penceramah atau Imam Mesjid/Menasah setiap selesai ceramah ba`da shalat terawih, sehingga siswa-siswi  tidak ketinggalan untuk hal tersebut.
2.      Pendekatan Emosional
Emosional adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang atau gejala perasaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik. Emosi ini akan memberikan respons bila ada rangsangan dari  luar diri seseorang. Emosi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak pada khususnya dan manusia pada umumnya. Oleh karena itu emosional dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pembelajaran. Pendekatan emosional yang dimaksud disini adalah usaha untuk membangkitkan perasaan dan emosi siswa dalam menyakini, memahami dan menghayati apa yang  diajarkan.
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Kebutuhan setiap orang dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan-kebutuhan tersebut ada yang prima, yaitu kebutuhan yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya dapat ditangguhkan. Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan primer, merupakan hal yang wajar bagi setiap individu. Jadi jika kebutuhan itu tidak segera terpenuhi maka seseorang akan merasa kecewa, dan sebaliknya jika kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan baik, maka ia akan senang dan puas. Kecewa, senang, dan puas merupakan gejala perasaan yang mengandung unsur senang dan tidak senang.[4]
Pendekatan emosional ini selalu diusahakan untuk mengembangkan perasaan tentang keagamaan supaya bertambah kuat keyakinan akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran yang diajarkan gurunya.
3.      Pendekatan Rasional
Rasional adalah akal. Yang dimaksud dengan pendekatan rasional disini adalah cara guru dalam menjelaskan mata pelajaran yang dapat dimasuki akal siswa. Maksudnya adalah apa yang guru jelaskan dapat diyakini dan dipahami kebenarannya dan bisa diterima kebenarannya menurut akal (pemikiran) anak didik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dengan kekuatan akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dengan akal pula manusia dapat memecahkan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya. Juga dengan akal ini manusia dapat mencapai ketinggian ilmu pengetahuan. Dari sinilah manusia dikatakan sebagai humo sapien yaitu semacam makhluk yang cendrung berfikir.[5]
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa pendekatan rasional ini juga penting dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan apabila sesuatu yang dijelaskan guru dalam proses belajar mengajar bila tidak dapat diterima kebenarannya menurut rasio seseorang maka tidak ada sebuah kepercayaan terhadap apa yang diajarkan dan tidak akan mau mengimplementasikannya ilmu yang diajarkan, maka guru tersebut bisa diyatakan gagal dalam mengajar, karena anak tidak mau mengimplementasikan ajarannya dalam kehidupannya sehari-hari karena apa yang diajarkan tidak dapat diterima oleh akal sehat anak didik.
4.      Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan merupakan suatu usaha guru dalam membiasakan anak didiknya untuk diamalkan apa yang telah diajarkannya. Kecocokan pembiasaan diangkat sebagai salah  satu pendekatan dalam proses belajar mengajar merupakan karena bila sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dalam hidup kita, sangat sukar untuk dirobah kembali.
Pada pendekatan ini siswa dituntut untuk mengamalkan ilmu yang telah diberikan. Sebagai contohnya adalah mengajarkan siswa untuk menanamkan kebiasaan dalam melaksanakan shalat lima waktu, gemar menolong orang yang kesukaran, membantuk fakir miskin, berpartisipasi dalam kegiatan yang baik-baik, dan lain sebagainya.[6] Dalam pendidikan agama Islam pendekatan ini penting untuk diterapkan dalam rangka kesuksesan mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya.
5.      Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional adalah suatu cara guru mengajar dengan memberikan materi, dalam menjelaskan materi tersebut guru dapat memberikan gambaran kepada anak didik akan pemanfaatan materi yang diajarkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.[7] Dengan pendekatan ini anak dapat memahami dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Dan pendekatan fungsional ini merupakan salah satu cara untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan dan bisa dipahami serta mengimplementasikan dalam hidupnya.
Untuk tercapainya hasil yang maksimal dalam penerapan pendekatan-pendekatan tersebut diatas, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak yang berpengaruh dalam hal tersebut terutama pendekatan pembelajaran. Untuk  ini tidak semua pendekatan pengajaran cocok digunakan dalam menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut. Maka dari itu, seorang guru perlu memilih pendekatan yang cocok dengan materi dan pendekatan yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.


[1] Drs.Syaiful Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta ; Rineka Cipta, Cet. 2, 2002, Hal. 70.
[2] Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Judul asli ; Dirasatun Muqaaranatun Fit-Tarbiyatil Islamiyyah, Penerjemah, M. Arifin), Jakarta ; Rineka Cipta, 2002, hal. 157.
[3] Muhammad Abdurrahman, Pendidikan Dialaf Baru, Yogyakarta ; Prisma Sophie Press, 2003, hal. 26.
[4] Sunarto, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta ; Rineka Cipta, 1999, hal. 25.
[5] Drs.Syaiful Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hal. 76.
[6] Ibid, hal. 72.
[7] Ibid, hal. 77.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar