Minggu, 13 Februari 2011

MODERNISASI


Modernisasi, merupakan roda perputaran sebuah peradaban yang bergulir berdasar pola yang berubah-ubah seiring dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan zaman tentunya membawa dampak yang sangat beragam. Misalkan teknologi yang maju menjadikan bertumbuhnya pola persaingan di semua aspek kehidupan baik intelektual, gaya hidup, dunia usaha, sampai ke masalah sosial ekonomi dan budaya. Kompleksitas akan keadaan ini menjadikan kondisi memicu kepada persaingan yang bertujuan untuk dapat bertahan sehingga secara tidak sadar akan berdampak tiap-tiap diri menjadi sosok yang cenderung mempunyai karakter dan sikap lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain, apatis terhadap lingkungan, kurangnya rasa kesetiakawanan dan solidaritas kepada sesama, serta rasa empati yang mulai tergradasi.
Fenomena ini semakin memupus jati diri masyarakat sehingga akan dijumpai suatu zaman yang sangat buruk dan ditakuti oleh orang-orang beriman yaitu akhir zaman. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas yang artinya "Tidak datang suatu tahun kecuali tahun sesudahnya adalah lebih jelek dari tahun sebelumnya."
Mengiringi akan perkembangan zaman menuju zaman ultra millenium, dapat berakibat pula terhadap kualitas manusianya terutama di sisi akhlak dan akidah. Khususnya kaum muslimin yang seharusnya menjadi penentu peradaban dengan posisinya sebagai mayoritas penduduk Indonesia.
Namun, pada kenyataanya banyak sekali umat Islam justru yang menjadi obyek peradaban bahkan seakan terpojokkan menjadi pihak golongan marjinal. Tersingkirkan karena kalah bersaing dengan umat lainnya. Dengan kata lain umat islam telah kehilangan jati diri dalam semangat beragama, lemah akan akidah. Di satu sisi umat islam telah tumbuh sangat pesat dalam hal jumlah bagaikan jamur, tapi mudah terombang-ambing dalam zaman yang semakin memprihatinkan.
Keadaan ini ternyata sudah digambarkan oleh nabi Muhammad saw, beliau bersabda : "Hampir-hampir suatu umat mengajak kepada kalian sebagaimana mengajaknya orang yang makan di perjamuan pesta. Berkata sahabat : Apakah sedikitnya kita (golongan Islam) pada hari itu? Nabi menjawab : Pada hari itu kalian banyak akan tetapi seperti buihnya banjir. Niscaya Allah akan mencabut musuh kalian dari rasa takut dan Allah akan melemparkan kepada kalian rasa wahnun. Bertanya sahabat : Apakah wahnun yaa Rasulullah? Nabi menjawab : Senang pada dunia dan takut akan mati."HR Abu Dawud dari Tsauban.

Penjelasan dalil di atas adalah gambaran tentang kaum muslimin sendiri yang secara kuantitas sangat banyak bahkan boleh dibilang mayoritas akan tetapi pada kenyataannya keterpurukan yang terjadi di bangsa ini hampir di semua bidang kehidupan yaitu gradasi akhlak, lemahnya etos kerja, lunturnya solidaritas  bahkan intoleran terhadap sesama agama apalagi antar agama dan praktek-praktek korupsi serta masih banyak sekali kemaksiatan yang bertaburan di negara tercinta ini.
Ini menjadi lakon yang menyertai zaman modern sebagai akibat dari globalisasi yang membabi buta. Di samping memang hal ini menjadi sebuah konsekuensi modernisasi yang menjadikan umat manusia menghadapi ujian yang dapat menjerumuskan kepada kemaksiatan dan pelanggaran, juga semakin bertambahnya mentalitas dan jiwa pecundang dikalangan masyarakat kita.
Ditambah dengan penciptaan makhluk lain oleh Allah yang bernama iblis. Dengan upaya dan ijin berupa lisensi dari Tuhannya untuk menggoda umat manusia agar dapat mengikuti langkah-langkah kerusakan si Iblis. "Iblis berkata : Wahai Tuhanku karena engkau telah menyesatkanku, maka semua jalanMu yang lurus niscaya ku duduki untuk mereka (manusia).

Kemudian aku datangi mereka (manusia) dari depan, belakang, kanan dan kiri mereka. Maka tidak engkau temui kebanyakan mereka menjadi orang yang bersyukur. Alloh menjawab : Keluarlah engkau (iblis) dari surga dengan keadaan tercela dan hina. Wahai iblis barangsiapa yang mengikutimu dari mereka (manusia) pasti neraka jahanam akan kupenuhi dari kalian semua." (QS Al-Araf 16-18).
Kerja keras iblis ini dilakukan dengan mengendalikan nafsu manusia menuju kepada kepentingan iblis. Ketika nafsu sudah dikendalikan iblis, maka terjadi kecenderungan pada manusia untuk selalu melanggar dan selalu mencari pembenaran terhadap pelanggaran yang dilakukannya. Akibat secara nyata dari usaha-usaha iblis terhadap manusia antara lain :
  • Sifat bakhil / pelit untuk melaksanakan infak, sedekah, membantu kaum dhuafa
  • Tidak peduli terhadap anak yatim yang ada disekitarnya
  • Sikap apatis terhadap lingkungan sekitar, tidak suka menolong sesama
  • Mudah suudzhan/buruk sangka
  • Mudah menyia-nyiakan waktu dan harta. 
  • Korupsi, mencuri dan memanipulasi sesuatu yang telah menjadi amanah yang semestinya harus dijaga
  • Perilaku dan sikap adu domba untuk mencari keuntungan pribadi
  • Perbuatan maksiat yang menyimpang dari hukum Alloh rosul
  • Perilaku sadisme dan anarkis yang sewaktu-waktu timbul dikarenakan sesuatu sebab yang tidak sesuai dengan keinginan pribadi atau kelompok
Ironisnya lagi sifat dan perilaku tersebut di atas ditunjukkan secara "ber-jamaah" dalam artian dilakukan oleh sekumpulan orang dalam jumlah besar. Dan cenderung ada juga yang mewakili sebuah kelompok, grup, gang ataupun komunitas tertentu yang secara terang-terangan melakukan penyimpangan baik hukum negara maupun hukum agama.
Bahkan problematika di dalam tubuh umat islam sendiri menjadi pemikiran yang harus dipecahkan, seperti pertikaian antar aliran dangan pengrusakan tempat ibadah/masjid, rumah warga dan harta benda yang nota bene sesama muslim, sebagian umat islam berada pada kondisi memprihatinkan baik ekonomi maupun ketrampilan/keahlian. Sungguh sebuah fenomena yang mengiris kalbu.
Betapapun besarnya permasalahan dan tantangan zaman ini kita sebagai kaum muslim harus bangkit dari keterpurukan dengan menjalin solidaritas sesama, meningkatkan ukhuwah islamiyah yang pada akhirnya menghasilkan sebuah kekuatan baik ekonomi, dan sosial sehingga menuntun bangsa ini menuju tercapainya Baldatun Thoyibatun wa Robbun Ghofur negara yang makmur dan mendapatkan rahmat Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar